Selasa, 19 Agustus 2008

Suasana Puasa di Yordania

Di Jordania suasana menyambut datangnya bulan ramadhan itu biasa saja, tidak ada hal yang khusus di lakukan seperti di Indonesia. Dan kalau kita lihat di sebagian jalan di ibu kota di penuhi dengan spanduk yang bertuliskan selamat menjalankan ibadah puasa, namun hal ini yidak terjadi. Mungkin ada sedikit kesamaan suasanya pasarnya menjadi lebih ramai karena kebanyakan dari masyarakat berbelanja untuk kebutuhan sahur.
Suasana puasa di sana lebih menyenangkan karena banyak orang yang melaksakan ibadah puasa yang memang sudah menjadi kewajiban sebagai seorang muslim. Kalau di Indonesia banyak orang muslim tapi sebagian kecil atau 1/3 belum melaksanakanya. Jadi pada intinya nuansa puasa di sana lebih terasa di Jordania.
Pada awal puasa masjid-masjid di penuhi oleh para jamaah mulai dari orang tua tua, muda, dan anak-anak sekalipun, disanapun suasanya tidak jauh beda, dan memang ada penyusutan jamaah ketika menjelang pertengahan puasa, tapi dua puluh hari sebelum puasa selesai masjid kembali seperti awal puasa. Kalau di sini semakin akhir puasa jamaah semakin sedikit, apalagi seperti di kota-kota besar, Jakarta sebagian orang merantau jadi mereka pulang kampung. Untuk tradisi pulang kampung di Jordan tidak ada. Ketika menyambut datangnya bulan ramadhan ada kegembiraan tersendiri di awal bulan puasa, sebenarnya puasa itu puncaknya ada di akhir sepulah hari terakhir tepatnya pada hari-haru yang ganjil, bukan di awal puasa. Kebanyakan dari masyarakat kita dalam menyambut datang bulan puasa ini ketika di awal ketika puasa.Dan mereka juga kurang memahami apa arti dari puasa sebenarnya.
Apabila ada pilihan untuk memilih shalat tarawih di awal atau di akhir puasa, lebih memilih di akhir, namun kebanyakan masyarakat kita justru memilih yang awal dan meninggalkan yang akhir, namun yang lebih baik semuannya di kerjakan mulai dari awal samapi akhir bulan ramadhan. Shalat tarawih disana dilakukan dua ronde yang pertama untuk yang mau khatam al Qur an dalam shalat tarawih dan yang kedua untuk yang tidak mau khatam. Untuk shalat tarawih yang khatam al Qur an dua kali dalam satu bulan dalam mengerjakan shalatnya selama dua jam. Semua makmumnya adalah orang yang belajar ngajai dan shalatnya memegang al Qur an. Ada juga masjid yang shalat dengan ayat yang pendek-pendek. Tiap masjid punya ciri khas tersendiri dan dijadikan tradisi.
Saudi, Jordan, Siria, mempunyai warna yang berbeda-beda, kalau di Jordan pada wanita juga berjamaah ke masjid. Walaupun yang bertahan yang sudah berumur, dan para remaja yang berumur 20 tahun ke atas juga bertahan. Untuk hal ini kalau di sini yang tua saja yang bertahan untuk berjamaah shalat tarawih.
Untuk kegiatan sekolah ataupun kuliah hari pertama di sana tidak diberlakukan hari libur seperti yang terjadi di sini, namun jam belajar tetap di kurangi karena factor buka puasa, dan untuk masuk sekolah juga ada pergeseran karena menghormati orang-orang yang sedang iktikaf. Di Jordan ada tempat kuliah yang masih aktif sehari menjelang lebaran. Karena disana tidak ada tradisi pulang kampung seperti yang ada di sini,karena apabila untuk berziarah atau bersilaturahmi dan untuk minta maaf juga tidak harus di lakukan pada saat lebaran tiba. Kalaupun minta maaf itu tidak harus pulang kampung, dan yang paling penting kita minta maaf di mana tempat kita tinggal, karena kesalahan kita mungkin banyak dilakukan di tempat kita tingggal.
Bulan puasa tidak menyebabkan orang jadi malas bekerja, hal ini yang terjadi di Jordan.Seharusnya bulan puasa kita itu seharusnya melihat perjuangan Rasulallah melakukan tafaruk di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, dan banyak perang yang di lakukan di bulan ramadhan, perang Badar, perang Uhud, dan fathul Mekah.
Menjelang buka puasa suasana di sana hampir sama seperti yang ada disini, banyak orang berjualan, tapi jumlah pedagangnya tetap, tidak seperti yang disini banyak pasar kaget dan pedagang baru bermunculan.
Untuk pemberitahuan puasa di Jordan dan Siria dilakukan tidak habis sholat maghrib, tapi terkadang tengah malam, dan penguman itu biasanya dilakukan tergantung sedang musim dingin atau panas, dan banyak orang yang tidak melakukan shalat tarawih karena tidak mengetahui apakah besok sudah mulai puasa atau belum. Dan tidak jarang ada yang tidak melakukan puasa di hari pertama karena tidak mengetahui pengumuman tersebut. Hal seperti itu yang terjadi adalah ketika menunggu apakah besok idul fitri atau tidak, karena kalau untuk puasa sudah di tetapkan tanggalnya dari tanggal 1 s.d 30 ramandhan.
Dalam hal ini bisa dilihat kalau masyarakat kita sebagian kecil lebih suka lebaranya dari pada puasanya. Kalau disana kebanyakan lebih suka puasanya apalagi menyambut datangnya lailatul qadar dari pada awal puasanya ataupun lebaran.
Tradisi yang ada sekarang tidak ada salahnya, lebaran saling memaafkan, mengunjungi sanak saudara, tapi yang esensi jangan ditinggalkan, jangan sampai ditutupi dengan hal yang kecil, lailatul qadar suasana di masjid tgl 21, 23, 25, 27,29, jamaah semakin maju kedepan atau berkurang, sementara pada waktu malam takbiran jalanan ramai sekali, menyambutnya dengan senang hati, padahal sesuatau yang besar mau ditinggalkan kenapa justru senang.
Menu-menu yang disediakan pada waktu buka puasa sangat sederhana sekali, dan biasanya kurma menjadi salah satu menu khas buka puasa disana, dan juga kadang kala tersedia roti. Di mesir ada makanan yang namanya kenafe rasanya manis dan temannya air yang berasal dari bungan yang direbus dan rasanya pahit, fungsinya untuk menetralisir rasa manis tadi. Masjid-masjid juga menyediakan menu buka puasa tapi tidak berlebihan seperti yang sering kita jumpai disini, disana cukup dengan kurma dan the.Dan orang yang datang ke masjid tujuannya untuk shalat maghrib, bukan untuk buka puasa, kalau masyarakat kita tujuanya untuk buka puasa, dan shalatnya diulur-ulur waktunya. Setelah selasai buka puasa shalat berjamaah, baru makan nasi, itupun dengan lauk yang seadanya. Jadi salah sekali kalau puasa pengeluaran menjadi membengkak dan tidak sehat untuk tubuh kita.Apabila kita tetap memaksakan harus mengisi perut kita yang seharian kosong dengan berbagai macam makanan pencernaan kita jadi tidak istirahat. Dan konsep puasanya jadi hilang, sedangkan konsep puasa itu sendiri adalah untuk mencuci diri dan alat tubuh kita, model Indonesia pencernaan kita akan tetap bekerja secara keras dari muali buka puasa sampai sahur. Dan ketika sahurpun menunya biasa saja tidak ada yang istimewa atau berlebihan. Pengeluaran yang awalnya Rp10.000,00 ketika buka puasa atau sahur tidak ada penambahan pengeluaran yang bikin pengeluran menjadi bengkak.
Kita harus melihat konsep islamnya dalam hal ini, jangan melihat konsep negaranya. Puasa itiu niatnya selain untuk ibadah kepada ALLAH, juga harus ada unsur ekonomi dan kesehatan. Hal ini tapi tidak berlaku untuk sebagian masyarakat yang ada di Indonesia.
Kegiatan baca al Qur an dilakukan dua kali setelah shalat ashar dan tarawih. Mereka bejalar dengan seorang ustad untuk membenarkan cara baca supaya tidak salah dalam melafalkan ayat-ayat suci al Qur an. Kalau di Indononesia hanya satu kali setelah shalat tarawih.
Aktivitas masyarakat disana selama bulan ramadhan tidak terlalu jauh berbeda dengan hari-hari biasanya, yang menbedakan sebagain warung ada yang tutup atas kesadaran sendiri, tanpa harus di tertibkan oleh pemerintah, dan kalaupun dibuka secara terang-terangan tidak seperti yang serimg kita jumpai di sini, tutup separo,buka separo. Kecuali untuk di Saudi memang harus mengikuti peraturan pemerintahnya yang mengharuskan warung-warung tutup untuk siang hari.
Di Jordania sendiri ada tradisi untuk merayakan hari lebaran, namun tidak secara berlebihan. Dan untuk tradisi membeli baju lebaran ada namun namun dilakukan seminggu sebelum lebaran. Dan seprti terlihat di sini banyak toko-toko yang memberikan diskon besar-besaran ketika menjelang lebaran. Pada waktu malam lebaran ada toko yang buka sampai tengah malam. Untuk beramalpun juga banyak di lakukan pada bulan Ramadhan.
Untuk acara televisi di sana itu sangat berbeda sekali dengan acara tv yang ada di sini, kebanyakan stasiun televisi yang ada di sini memberikan hiburan yang bernuansa islami dan menberika hiburan tambahan kepada para pemirsa sampai pada waktu sahur sekalipun. Di sana ketika waktu sahur tidak ada acara tv layaknya di sini. Yang ada ketika menjelang buka puasa, dan lagu-lagu islamipun tidak ada, adanya nasid sebelum buka, dan kebanyakan acara disana adalah mulsalsal/sinetron, tapi bukan sinetron seperti yang ada di sini yang menceritakan tentang gaya hidup yang mewah, sadisme, dan bisa memberikan dampak yang negatif kepada penontonnya. Adapun sinetron yang ditayangkan adalah kisah para nabi dan sejarah terjadinya tempat yang memang menpunyai nilai positif kepada penontonnya.
Ketika bulan puasa banyak stasiun televisi yang memberikan tayangan bernuansa islam, hal ini juga terjadi di sana. Namun yang menbedakan para pengisi acaranya, kalau di Indonesia satu artis tapi bisa masuk ke peran apa saja, misalnya siang hari mengisi acara di salah satu stasiun dengan menyanyikan lagu danggut, malam harinya mengisi acara dengan lagu islami dan memakai baju muslim/muslimah. Hal itu tidak terjadi di Jordania.
Dibalik itu semua di Indonesia suasana malam takbirannya walaupun kurang islami dengan bertakbir keliling di jalan dengan kebut-kebutan, di bandingkan dengan malam takbiran di beberapa negara seperti London, Jepang, Malaysia, dan Arap sekalipun, di sini lebih terasa sekali suasana yang meriah.susi

Tidak ada komentar: