Senin, 25 Agustus 2008

singkong sumber energi alternatif

Singkong bahan dasar pembuatan Ethanol
Singkong ternyata tidak hanya bisa dijadikan sebagai bahan makanan mungkin sebagai ganti nasi atai sebagai cemilan, namun singkong bisa kita manfaatkan sebagai energi alternatif untuk mengatasi krisis Bahan Bakar Minyak (BBM). Penasaran dengan keajaiban singkong gendrowu ini, yuk kita intip cara pembuatan dan manfaatnya.

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto, menegaskan kemajuan teknologi kini mampu mengubah singkong sebagai energi altenatif dalam mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM). Singkong dapat diolah menjadi bioetanol yang bisa dimanfaatkan dengan mencapurkan sepuluh persen dari keempat BBM
Teknologi pengolahan singkong menjadi bioetanol sebenarnya sudah diterapkan di Lampung, namun kapasitasnya masih sangat terbatas. “Produk bioetanol sebagai bahan pencampur BBM telah diterapkan pada mobil dinas dan 30 bus karyawan, tidak ada masalah.
Terkait dengan pemanfaatan singkong, belum lama ini juga Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menandatangani nota kesepahaman dengan Istitut Teknologi 10 Nopember (ITS), tentang pengembangan bioetanol dari singkong.
Penandatangan ini bertujuan untuk mengembangan energi alternatif yang mudah didapat dan biaya murah di Sidoarjo.
Untuk pembuatan ethanol itu sangat mudah dan isa dilakukan oleh masyarakat awan sekalipun, yang paling penting bahanya memiliki kandungan karbohidrat seperti singkong. Proses pembuatannya angat sederhana. Ketela atau bahan-bahan lain tersebut dihaluskan, lalu direbus. Kemudian ditambahkan enzim amylase dan diberi ragi. Untuk sementara ragi tapi pum bisa digunakan.
Menurut peneliti dari ITS Sri Hartika, ia sedang menkaji lebih lanjut ragi khusus untuk ethanol ini. Larutan tersebut didiamkan selama tiga samapi empat hari agar proses fermentasi berjalan. Setelah itu ethanol akan dihasilkan. Namun demikian kadar ethanol ini masih 90%. Terkait dengan penggunaan ethanol kompor yang dipergunakanpun harus kompor khusus yamg memerlukan kadar ethanol sebesar 95%.
Keunggulan bahan bakar ethanol selain lebih ekonomis juga terbukti tanpa jelaga, walaupun pemanasan ethanol lebih lama jika dibandingkan dengan minyak tanah. Untuk memasak mi, kompor minyak tanah membutuhkan waktu 10 menit. Sedangkan kompor ethanol dua hingga tiga menit lebih lama.
Untuk menaikkan kadar ethanol, katanya, perlu ditambahkan batu kapur. Ini perlu dilakukan sebab ethanol dengan kadar di bawah 95% masih mengandung Pb (timbal). Sedangkan ethanol untuk bahan bakar kompor harus bebas dari Pb, karena jika tidak bebas dari Pb, cairan tersebut bisa meledak.Singkong diolah menjadi bioetanol, pengganti premiun dengan cara :
1. Kupas singkong 125 kg segar
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%, singkong dikeringkan menjadi gaplek.
3.Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel
4. Dinginkan bubur gaplek,masukkan ke dalam tangki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa.
5.Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula.
6 Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32"C dan pH 4,5—5,5. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan.
Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol
8.Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. 10 Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol.susi/berbagai sumber

Tidak ada komentar: