Jumat, 10 Oktober 2008

perjalan spiritual okky asokawati

“Saya yakin bahwa ketapan Allah adalah Ketetapan yang baik buat saya, dan yakin bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya”

Itulah sepenggal kalimat yang di lontorkan kepada Majalah Gontor ketika menceritkan pengalam spirtual yang di alami sebelum dan sesudah mengenakan jilbab.

Memutuskan mengenakan Jilbab

Menurutnya ketika memutuskan mengenakan jilbab terjadi begitu saja. Tidak ada angin tidak ada hujan, ketika jalan-jalan ke Pasarraya tiba-tiba terlintas dibenaknya, tanpa pikir panjang, dan tidak ada kekhawatiran terhadap masa depan karirnya, “tambah ibu dua anak ini.

Menurut sarjana psikologi Universitas Indonesia, tepatnya bulan Juli tahun 2006 jilbab sudah dikenakanya dan teman-teman sesame model berkomentar “tidak untuk selamanya kan, ini karena suamimu belum lama meningal saja kan”, dari komentar itu, ia tidak melakukan penyangkalan dan pembenaran. Secara psikologis fisik mengikuti mental, apabila dikaitkan dengan jilbab, kejiwaannya lebih santun, baik fisik maupun pikiranya.

Selain itu juga ketika menghadapi masalah sekarang lebih mengedepankan akan daripada ego. Bias lebih mengendalikan diri dan menahan amarah, lebih bijak dalam mengambil keputusan. Sebelumnya ketika menghadapi masalah bias langsung marang karena lebih mengedepankan ego dari pada akal.

Pengalaman ketika umroh dan haji

Pada awalnya ragu untuk berangkat umroh, karena sendirian, namun sang ibu mengatakan “ pergilah selama niatnya bagus”. Akhirnya memutuskan untuk berangkat umroh pada tahun 2002 pertama untuk yang pertama kalinya. Menurut pemenang pemilihan putri remaja ini, ketika berada di Madinah sempat mengalami kebingungan karena salah pintu ketika keluar dari masjidil haram. Sebelum masuk ke masjid tersebut sudah diberi pentunjuk oleh musthahik untuk memperhatikan pintu berapa yang dilewati, dan keluar juga harus lewat pintu yang sama.

Setelah melakukan sholat memutuskan untuk kembali ke hotel tempatnya menginap. Namun apa yang terjadi ketika keluar dari masjid bukan hotel yang terlihat tapi orang yang sedang melakuakn sa’i. kembali masuk ke masjid dan mencoba untuk keluar dari pintu yang sama, apa yang dilihatnya masih sama.

Kembali lagi masuk dan meminim air zam-zan dan berdoa minta pentunjuk kepada ALLAH, minta maaf karena selama ini kalau dirinya merasa paling pintar. Kemudian mengurutkan pintu yang ada di Masjid, dan dengan perjuangnya yang keras akhirnya pintu ke 14 yang dilewatinya untuk masuk dan dilewati untuk keluar juga, “terangya sambil mengenang.

Dari kejadian tersebut menjadi pengalam pertama untuk perjalan spiritualnya dan bias merubah cara berpikir, pandanganya terhadap ari sebuah keberhasilan. Tanpa kuasa Allah kita tidak bias berbuat apa-apa.

Pengalaman yang kedua ketika pergi haji (2004) dan melaksanakan jumroh. Untuk kali ini pergi haji dengan staf kantornya yang mengalami kecapaian ketika pulang dari jumroh, dan ia mengatakan kepada staf tersebut “ kamu bekerja di OQ modeling jalan begitu saja tidak bias, jalan ngangkang kaya orang habis melahirkan”.

Sesampainya di hotel ia merasa kesakitan di pingganya dan seharian ia tidak bias melakukan aktivitas apapun. Akhirnya berpikir kalau kita itu tidak boleh menghina orang lain, dan sok tau. Dan ketika di Madinah ibu berumur 47 tahun ini mengatakan dalam hatinya, cobaan apa lagi yang akan Allah berikan. Karena dengan begitu ia jadi merasa lebih indah, karena alangkah meruginya orang yang pergi ke Mekah tapi tidak diberi pelajaran oleh Allah, karena tidak akan ada perubahan yang berarti pada diri kita, “jelasnya.

Perjalan spiritual dari kecil hingga remaja

Menurut pengakuannya ia berasal dari keluarga yang nasionalis, bukan islamis. Sekolah SD dan SMP di Tarakanita dan pelajaran agama yang di dapatkanya adalah agama Katholik. Islam di keluarga kami tidak kuat (cair). Ia baru menjalankan sholat ketika di SMA dan itupun karena ada ujian agama yang mengharuskan kita untuk sholat. Dari situ mau tidak mau ia harus belajar mulai dari bacaan sholatnya dan gerakan-gerakanya.

Keika ia masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah lanjutan pertama, sang ayah Ajung komisaris Besar Polisi A. Tarumawijaya dipenjara (hotel prodeo, ia menyebutnya), karena dianggap tidak sesuai dengan perpolitikan saat itu. Dan mendapatkan grasi dari presiden waktu ia masuk Universitas Indonesia (UI) tahun 1968, dan sang Ibulah yang bertugas membesarkan ke enam anaknya termasuk ia.

Keislaman di rumah berasal dari ayahnya, ketika beliau berada di hotel prodeo bacanya mau tidak mau adalah Al Qur’an. Dan setiap anak dibuatkan sebuah ukiran gerakan-gerakan orang sholat dan bertuliskan “sesungguhnya sholat mencegah perbuatan mungkar”, dan diasang dikamar masing-masing.Setelah ayahnya kembali kerumah keislaman di rumahnya baru terasa. Dan puasapun menjadi lebih baik dari sebelumnya yang hanya puasa di awal dan diakhir ramadhan (puasa bedug)

Dan ketika ia mau masuk UI pun semakin rajin sholatnya, dan dalam berdo’a ia selalu meminta supaya masuk UI dan menjadi model terkenal.

Ia memutuskan bercerai dengan suami pertamanya Firman Ichas tahun 2003, karena tidak ada kecocokan dalam perjalan spiritual yang ia jalankan, pernikahan pertama di karuniai seorang anak dan diberi nama Tanisa Diva. Dan akhirnya memutuskan menikah untuk kedua kalinya dengan Nono Wirahadimuljo dan di karunian anak yang di beri nama Queentadira. Namun pernikahannya hanya bertahan tiga tahun karena sang suami di panggil sang Khalik karena menderita stroke.

Suami keduanya ini sangat beranggung jawab dan mampu mendidiknya menjadi wanita yang sholehah dan setia. Dan ia berusaha menjalankan pesanya untuk membesarkan keduanya anaknya mesti tanpa suami tapi ia berharap keluarga dan teman-teman bias membantunya.

Rahasia dalam mempertahan dan mensyukuri nikmat yang telah didapatkanya

Pelajaran dari Allah yang diberikan apabila tidak sesuai dengan ego kita itu bukan berarti buruk. Memang kita yang merasakan cobaan itu, tapi kalau tidak berpikir tauhid, akhirat, maka kita akan merasa itu adalah cobaan yang berat untuk kita. Dalam menghadaipi cobaan ini jangan mengedepankan ego tapi akal sehat yang harus didepan. Karena dari statistis yang ia lihat, orang bias menjadi lebih indah kalau kita bias menerima ketetapan buruk yang kita rasakan.

Buruk dimata kita belum tentu buruk di mata Allah.dan berusaha mendefinisikan baik dan buruk, baik apabila kita masuk surga dan buruk apabila kita masuk neraka. Sementara kita selama ini hanya berpikir kalau buruk itu tidak sesuai dengan ego, baik apabila sesuai dengan ego.

“Saya yakin bahwa ketapan Allah adalah Ketetapan yang baik buat saya, dan yakin bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya”.

Dalam bukunya Styles, Smart, dan Sholehah (3S), ia mengungkapkan bahwa s yang pertama itu dikaitkan dengan berpenampilan, dan cara berkerudung tetapi tetap mempunyai gaya. S yang kedua Smart, sebagai muslimah kita harus berpikir pintar (dalam memandang apa arti kegagalan, arti anak, dan bagaimana melihat keberhasilan yang telah kita peroleh )

S yang ketiga Sholehah, bagaimana kita dalam menykapi kehidupan ini, karena kalau kita mengikuti kebenaran yang berada di lingkungan kita pasti akan “celaka”, oleh sebab itu kita perlu menjadi sholehah dan mengikuti kebenaran yang hakiki yaitu kebenran yang ada pada Al-Qur’an.

Harapan yang ingin ia raih adalah khusnul khotimah. Amin