Jumat, 24 Oktober 2008

islam di zanzibar

Dunis (islam di zanzibar)
Hukum islam dapat membawa keteraturan, disiplin, dan moral kepada para pemimpin negara di kepulau Zanziba
Zanzibar adalah sebagai tempat bermulanya islam menyebar di Afrika Timur. Pada waktu itu dipelopori oleh Sheikh Muhyidin bin Sheikh Abdullah al-Qahtany (1789-1869). Beliau adalah perdana menteri sekaligus Chief Qadhi (ketua hakim) di Zanzibar pada pemerintahan Sultan Said bin Sultan Al-Qahtani. Islam di kepulauan ini memang saat hebat dan mayoritas 95% dari jumlah penduduknya. Namun gangguan tetap muncul dari kaum Nasrani. Karena perkembangan Islam di Zanzibar maupun Tanzania dianggap sebagai ancaman bagi perkembangan agama katholik.
Oleh karena itu mereka mengobarkan perang Salib (crusade), Yulius Nyerere bersama Milton Obote, presiden Uganda, dan Yomo Kenyatta, Presiden Kenya sangat gigih mengobarkan perang salib ini. Salah satu buktu sejarah yang penting untuk dicatat adalah ketika John Okello, seorang Kristen militant dari Uganda, pada tanggal 11 Januari 1964 tengah malam menyerang Zanzibar. Okello dibantu para matir dari Tanganyika (sekarang Tanzania), Kenya, Uganda, Zimbabwe, Malawi, dan Mozambique serta membantai 13.635 penduduk muslim.

Menyatukan Nasionalisme dan Patriotisme dengan islam
Nasionalisme dan patrioteisme di Zanzibar yang di interpretasikan oleh aktivis Muslim di dua sekolah yang berbeda pemikiran. Yang pertama adalah nasionalinsme yang diajukan terkait dengan kelompok tertentu dan orang-orang yang bertentangan dengan islam, karena secara keseluruhan pesan tidak menarik untuk Muslim kecuali pada pesan tersebut berisi tentang kebenaran.
Patriotisme pada abad ke 20, tidak terkait dengan kelompok etnis tertentu tetapi pada global Dar al-Islam (tempat kediaman islam) serta al-Watan al-Islam (islam nusa dan bangsa), dimana hal tersebut sejalan dengan poloitik Mesir dibawah pimpinan Mustafa Kamil (1893-1908), yaitu seorang nasionalisme radikal dan editor al-Liwa (the banner). Patriotisme ini dimulai pada 1900 dan telah di umumkan oleh umat Islam di Masjid Barza di Zanzibar.
Islam garis keras ini dinyatakan melanggar nasionalisme yang sangat mendasar dari al-Qur’an dan bertentangan dengan sikap yang menganggap bahwa ras sendiri lebih baik dari ras yang lain. Dan mempromosikan secara keseluruhan serta merangkung semua aspek kehidupan, hukum masyarakat yang bebas dan dalam satu kultur diantara orang Muslim.
Nabi Muhammad SAW menerengkan bahwa Hubb al-Watan Min al-Iman (mencintai Negara adalah sebagian dari iman). Dan mereka pun percaya Nasionalisme dan patriotisme bisa disatukan/didamaikan dengan islam. Pandangan aktivis Muslim yang berbeda ini, pemikiran politik apabila digabungan dengan nasionalisme patriotisme sebagai Wataniyyah (nasionalisme) dari Negara walaupun berkaitan dengan aspek territorial identitas nasional.
Nasionalisme dan Patriotisme islam yang diterapkan telah mampu membangun konseptual politik di Zanzibar. Walaupun Zanzibar termasuk dalam wilayah Tanzania, kepulauan ini memiliki presiden tersendiri sebagai kepala pemerintah yang mengurus hal-hal yang terjadi di Zanzibar.
Amani Abeid Karume diangkat kembali sebagai presiden pada 30 Oktober 2005. Namun kandidat oposisi Seif Shariff Hamad memprotes kemenagan Karume pada pemilu waktu itu. Sebelumnya, hasil pemilu Oktober 2000 juga dimenangkan oleh Karume, namun tetap dipertanyakan oleh kandidit yang lain. Pada Januari 2001, aksi protes para pendukung oposisi menelan korban tewas 27 demonstran akibat tembakan polisi.
Politik multipartai tidak membawa manfaat apapum kecuali tragedi, “papar Sulaiman (42), seorang pedagang pakaian. Bukan sesuatu yang aneh apabila makin banyak orang yang kembali pada nilai-nilai agama karena dianggap bisa menjadi alat pemersatu, “tambahnya.
Melihat gejala ini, beberapa tokoh umat islam mencoba memanfaatkan situasi. Mereka menawarkan solusi melalui penerapan hukum islam sebagi alternatif dari demokrasi. Dengan alasanya, hukum islam dapat membawa keteraturan, disiplin, dan moral kepada para pemimpin negara pulau ini. Menurut Abdallah Said Ali, dari Society For Islamic Awarness and Preaching di Zanzibar, melihat ada ruang yang bisa diisidenag sistem islam sehingga mampu menunjukkan bahwa demokrasi yang diharapkan bisa memilih pemimpin yang sesuai keinginan rakyat telah gagal.
Usulan tersebut ditanggapi penuh kekhawatiran oleh pemerintahan sekuler Tanzania. Dan segera mereka mengeluarkan kebijakan perizinan yang sangat ketat terhadap juru dakwah dari kuar negeri. Kedubes Tanzania hanya akan memberi izin tinggal selama enam bulan dan itu pun hanya diberikan kepada juru dakwah dari lembaga atau organisasi islam yang dianggap tidak berbahaya bagi keamanan nasional Tanzania
Sejumlah warga seperti tokoh Muslim setempat mengakui, beberapa juru dakwah dari luar negeri kerap menyampaikan bahwa sebaiknya pemerintah dan masyarakat harus bernafaskan Islam, dan kebanyakan dikemukakan dengan versi Islam Arab Saudi atau Wahabisme. Ulama moderat juga mengatakan Saudi telah memberikan beasiswa bagi tokoh Islam untuk menempuh studi di Arab Saudi.
Kini tidaklah asing bila mendengar ceramah Jumat berisi kecaman anti Barat dan Israel. Kalangan garis keras selalu menegaskan adalah kewajiban seluruh umat Muslim untuk membantu warga Muslim di Irak dan Palestina yang sedang berjuang melawan penindasan.
Agama Islam tengah menggeliat, ini di dukung jumlah umat Muslim Zanzibar yang mayoritas. Namuns secara keseluruhan dari 36 juta jiwa penduduk Tanzania yang menjadi induk negara Zanzibar, sebanyak 44 persen adalah pemeluk Kristen dan 34 persen umat Muslim.

Di samping menawarkan Islam sebagai solusi politik, para tokoh agama Islam pun terus bergiat secara sosial untuk warga miskin, mengumpulkan zakat dan menyalurkannya kepada yang berhak."Kami seolah tidak pernah dianggap sejak tahun 70-an," ungkap Khamis bin Ali, salah satu tokoh agama."Namun saat ini, kami ada di setiap lngkungan masyarakat untuk berderma, berceramah di masjid atau mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anak."

Tren ini agaknya dapat mempengaruhi secara lebih luas menyangkut interpretasi Islam di benua Afrika. Kendati Zanzibar kurang diperhitungkan, namun sejarah mencatat Islam pernah berpengaruh kuat di wilayah ini sehingga tidak menutup kemungkinan, geliat Islam dapat kembali bermula dari sini.
Merupakan Surga Rempah-rempah
Zanzibar adalah sebuah kepulauan di sebelah timur pesisir Afrika, dan termasuk dalam wilayah Tanzania. Pulau Zanzibar terdiri dari dua pulau Zanzibar (‘Unguja’), dengan luas wilayah 1.554 km² dan Pemba. Pada waktu pulau ini merupakan bagian dari benua Afrika, secara politik masih terkait dengan Tanzania, dan memiliki status semi otonomi sehingga berhak membentuk parlemen serta presiden sendiri.
Wilayah ini pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan budak. Sumber pendapatan mayoritas penduduk Zanzibar itu berasal dari ekspor rempah-rempah (pala, cengkeh, kayu manis, dan merica) serta sector turisme
Penduduk asli adalah suku Bantu yang bersal dari Afrika. Sejak abad 10, datanglah bangsa Persia. Meski begitu barulah ketika orang-orang Arab, khususnya asal Oman, pengaruh mereka sangat kuat hingga saat ini. Sehingga kehidupan masyarakat disana masih kental di pengaruhi oleh budara Arab, Eropa, dan India.
Karena rempah-rempahnya melimpah, bangsa Arab memutuskan untuk membuka koloni dagang di Zanzibar tahun 1832. Karena pentingnya wilayah ini, kesultanan Oman sempat memindahkan ibukotanya dari Muskat ke Zanzibar. Dan secara perlahan Zanzibar pun menjadi sebuah kesultanan yang independen.
Perdagangan budak dilarang pada tahun 1873 dan 1890, dan Inggris memproklamasikan Zanzibar sebagai wilayah protektoratnya. Dan akhirnya tahun 1963 Zanzibar memperoleh kemerdekaan. Bulan Januari 1964, mayoritas warga keturunan Afrika menggulingkan penguasa elit keturunan Arab. Revolusi ini berlangsung singkat namun mamakan korban dan yang meninggal 17 ribu jiwa.
Tidak lama kemudian Negara republic terbentuk dan di bulan April Presiden Zanzibar dan Tanganyika, di benua Afrika, menandatangani kesepakatan membentuk Negara persatuan Republik Tanganyika. Dan Zanzibar mendapat status semi otonomi.
Salah satu pendapatan devisa yang menjadi andalan di negara yang mempunyai bangunan-bangunan unik seperti, rumah Livingstone, Jembatan Guliani, dan Rumah Keajaiban sebuah istana kediaman Sultan Barghash pada 1883,adalah industri pariwisatanya. Tetapi masih banyak warga yang tidak menikmati berkah dari bisnis turisme ini. Rata-rata hanya berpendapatan kurang dari satu dolar per hari...susi/berbagai sumber